Fenomena perpolitikan Indonesia, tidak pernah bosan untuk dicermati dan tidak pernah hambar jika diperbincangkan, semuanya menarik untuk diungkap. Chanel Rafly Harun (RH) pernah menyajikan ungkapan suara hati dari seorang tokoh Tionghoa yang merindukan kedamaian di negeri ini, bernama Lieus Sungkharisma (LS).
RH terdengar rasis dalam bertanya. Namun itu adalah ungkapan karena keakraban. “Abang ini benar-benar aneh. Orangnya mayoritas dari golongan minoritas. Gegerkan Jakarta dan Indonesia, dengan spanduk raksasa bertuliskan ‘damai itu indah’ dan ‘I love you Bib’, sehingga spontan disuruh turunkan,” ujar RH
“Dulu lambaikan tangan ketika Habib Rizieq pulang dari Makkah, dalam perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta menuju Petamburan,” timpa RH seraya ingin ungkap sikap (LS) tersebut.
“Anehnya Abang ini. Pertama Cina, kedua Budha, namun mendukung Habib Rizieq Sihab (HRS), dan sering bertemu HRS. Sikap politik Abang ini seperti pro kelompok Islam,” kata RH.
Sang Tokoh menjawab, “saya juga merasa aneh, negara ini dulu dimerdekakan oleh mayoritas tokoh-tokoh Islam, dan ada juga tokoh-tokoh lain termasuk Tionghoa. tetapi sekarang, kenapa ada diskriminasi. Paling kelihatan dialami Habib Rizieq,” jawab LS heran juga.
Kata LS. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati dan menghargai jasa pahlawannya. Tetapi berapa banyak orang yang peduli terhadap nasib bangsanya. “Miris juga lihatnya. Siapa sih yang dirugikan oleh HRS dan FPI?,” tanya LS prihatin.
Kalau kita dagang yang benar, tidak pernah diganggu oleh FPI. Pengusaha-pengusaha yang ada miras dan prostitusi, itu yang dimasalahkan oleh mereka. Karena sudah dilaporkan kepada aparat tetapi tidak ada tindakan.
Saya tanya orang Tionghoa, Lu punya tokok digrebeg gak?. Jawab mereka, nggak. ”Kenapa kalian harus ikut-ikut benci?,” tutur LS pada teman-teman sesama Tionghoanya.
Untuk membuktikan itu, ada satu kali saya ajak teman-teman temui HRS. Mereka kaget dan berkata, “orangnya baik dan enak untuk diajak berbicara dan berdialog. Beda dengan fremingnya yang disangkakan,” ungkap mereka.
Kebetulan kami berkunjung saat itu bulan puasa, dan ketika kami hendak pamit pulang, ditahan oleh Habib dan diajaknya untuk makan dan buka puasa bersama. Mulai saat itu, saya sering datang ke Pesantren Habib.
Dulu setelah acara 212 kami bersama teman-teman dari Katolik, Protestan dan Yusuf Hamka datang ke Bogor untuk menyampaikan karangan bunga “Man of the year” untuk Habib.
Setelah kami tahu, banyak teman yang mulai beda pandangannya terhadap HRS. Orangnya sederhana, sangat menghargai orang lain dan perbedaan. Di pesantrennya, kami diterima oleh santri-santri dan para ustadznya dengan senyum simpatik dan ramah. Kami dilayani dengan baik. “Karena Itu lah kami bilang, FPI bagus,” tutur LS kagum.
Apalagi setelah dijelaskan HRS, bahwa semua anggota FPI dilarang membawa senjata tajam; FPI harus berakhlak dan berprilaku baik pada semua orang. Habib Rizieq telah memberi garansi, “kalau ada anggota FPI yang gak benar, laporin,” ujar Lieus Sungkharisma. Lebih lanjut ia mengaku, bahwa saat terjadi kerusuhan 1998, banyak gudang-gudang yang dipalak preman-preman. “Untung ada FPI yang belain, sehingga para preman itu gak berani,” akunya.
Bagi kami, makin hari makin cair, bahwa “Habib itu buka sesuatu yang menyeramkan tetapi sangat baik dan bersahabat,” paparnya. Dan kami jelaskan kepada yang lain. “Kalau ada yang dirugikan oleh FPI, kasih tau ke kita, karena Habib tantang itu,” tegas LS.
Statement Habib kepada saya, saat menemani beliau ceramah di Masjid Luar Batang. “Asal sudah tidak diberikan kesempatan PKI tumbuh; Asset-aset tidak dikuasai asing dan aseng; Nggak ada lagi menista agama manapun, Habib akan balik ke Pesantren,“ begitu ujar Habib kepada saya akunya.
Saya tau benar pikiran beliau. Beliau tidak berkeinginan untuk menjadi pejabat atau penguasa, tapi hanya ingin mengoreksi arah jalan yang salah. “Kita perlu dukung dong… di situ, kita makin cinta sama Habib,” tutur LS.
Saya gak tega melihatnya. 3,5 tahun di Arab Saudi mau pulang susah. Sudah pulang, dituduh macam-macam, spanduk-spanduk yang berkaitan dengan Habib diturunin tentara. “Ini apaan…?. Tugas tentara bukan urusin itu,” tutur LS prihatin.