oleh

Seorang Siswi Mendekap Erat Tasnya, Berteriak: JANGAN BUKA TAS-KU

Seorang Siswi Mendekap Erat Tasnya, Berteriak: JANGAN BUKA TAS-KU : Theo Wawo

Untuk kedisiplinan serta menjaga siswa-siswi agar tidak terkontaminasi oleh sesuatu yang dapat merusak masa depannya, sehingga disebuah sekolah di Jakarta (tidak etis) disebut nama sekolahnya, rutin melakukan razia dan pemeriksaan tas bagi semua siswa-siswi di sekolah tersebut.

Seorang kepala sekolah yang sangat peduli untuk kebaikan para anak didiknya, lalu pada hari yang ditentukan dibentuknya team yang bertugas untuk memeriksa secara berkala terhadap tas-tas para siswa dan siswi di sekolahnya itu.

Satu per satu dilakukan pengecekan. Ada juga ditemukan barang-barang yang dilarang dan benda lainnya, kemudian disita, Hingga tibalah giliran pada seorang siswi yang dikenal baik dan cerdas di kelasnya. Sebut saja namanya Fatma (bukan nama sebenarnya).

Fatma…. berikan tasmu..” pinta petugas. Ia menoleh kepada para petugas pemeriksa lalu ia berucap. “Saya mohon tas saya tidak diperiksa,” jawab Fatma dengan muka pucat sambil memeluk tas-nya erat-erat. “Kasihkan tas mu,” perintah petugas. Fatma gigih pertahankan tasnya, dengan memeluknya lebih erat lagi. Sementara para pemeriksa tetap memaksanya. “Berikan tas-mu..” ujar mereka mulai kesal. “Mohon sekali lagi, tas saya jangan diperiksa..”  pinta Fatma sambil memelas. “Mau serahkan nggak?. Kalau tidak, akan kami rampas paksa,” ancam para pemeriksa. “Tidak…dan maafkan saya untuk tidak menyerahkan tas saya,” ujar Fatma sambil meminta maaf.

Kegaduhan terjadi. Sementara tas masih didekap Fatma. Dan para pemeriksa belum berhasil karena Fatma memeluk tas-nya sangat erat.

Spontan siswi itu menangis histeris. Murid-murid lainnya terkejut dan melototi temanya itu dengan penasaran dan sinis.

Para pemeriksa pun urungkan niatnya seraya bertanya dalam hati. “Anak ini dikenal anak yang baik dan cerdas. Apa sebenarnya yang ia sembunyikan dalam tasnya?,” tanya mereka heran.

Para pemeriksa berembuk sejenak. Setelah berembuk, disepakati untuk membawa siswi tersebut ke ruang kantor sekolah.

Beriring dengan gurunya, Fatma masuk ke ruangan kantor sekolah, dalam posisi masih menangis tersedu.

Karena kepala sekolah mengenal betul siswinya itu, adalah siswi yang berprestasi dan juga baik akhlaknya, maka kepala sekolah tenangkan dan memerintahkan para siswi lainnya agar kembali ke ruangan kelasnya.

Dengan santun, kepala sekolah meminta agar para guru meninggalkan ruangannya, hingga yang tersisa hanya tim pemeriksa, Fatma dan dirinya.

Kepala sekolah menenangkan siswinya itu. Lalu bertanya “apa yang engkau sembunyikan wahai putriku..?” tanya kepala sekolah lembut berempati.

Kemudian perlahan Fatma sambil memperhatikan keadaan sekitar lalu membuka tasnya.

Kepala sekolah dan para pemeriksa terperanjat melihat isi tas muridnya itu. Mereka  sontak terkejut dan meneteskan air mata.

Masya-Allah, Subahanallah, isi tas tidak ada barang terlarang, apalagi telepon genggam atau foto, layaknya siswi lainnya, melainkan hanya sisa-sisa ROTI bekas yang tadi dibuang oleh siswi-siswa lain yang tidak habis mereka makan.

Kepala sekolah sambil menahan haru, menanyakan hal SEPUTAR ROTI itu. Setelah merasa tenang, Fatma bercerita. “ROTI ini adalah sisa-sisa yang dibuang oleh siswi lain yang saya pungut dengan sembunyi-sembunyi. Saya kumpulkan untuk kemudian saya makan dan sebagiannya dibawa pulang untuk ibu dan adik-adik saya di rumah,” jawabnya.

Kami tidak memiliki sesuatu untuk makan di siang hari dan juga malam hari. Bila saya tidak membawakan sisa-sisa roti ini, mereka akan kelaparan. Ayah kami telah tiada, sedangkan ibu dalam keadaan sakit. Kami tidak punya kerabat yang bisa membantu,” jelas Fatma. Sementara kepala sekolah dan gurunya berlinangan air menahan haru dan menyesal.

Inilah yang membuat saya menolak untuk membuka tas, agar tidak dipermalukan di hadapan teman-tamanku di kelas. Tentu mereka akan mengejekku, hingga kemungkinan saya tidak dapat meneruskan sekolah karena MALU,” tutur Fatma.

Maka saya mohon maaf kepada bapak kepala sekolah dan pada guru saya, atas perilaku saya yang tidak sopan,” pungkas Fatma yang mengundang haru dan decak kagum para gurunya.

Saat Fatma mengungkapkan ikhwalnya, kepala sekolah dan gurunya yang ada di ruangan meneteskan air, di hadapan siswinya yang mulia itu. (Teo Wawo)   

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *