Seorang teman baik, mengirimkan kata bijak, syarat makna, sangat dalam cakupan isinya.
Teman itu menulis : “Kehilangan sandal di masjid karena tunaikan sholat, bukanlah musibah, tetapi hanya dahak yang sembuh hanya sekali dehem. Tetapi musibah sesungguhnya dan amat besar resiko yang diterima, ketika sandal yang dipakai tidak pernah kelihatan atau berjejer di pelataran Masjid.”
Sindiran halus dari teman itu, sebagai pertanda bahwa ia adalah teman hakiki. Ia peduli ingatkan, bahwa setelah upacara kebesaran penyerahan SK Purna Bakti, dan ucapan terimakasih dari Tri Brata, itu suatu isyarat bahwa puncak kehidupan telah terlewati, dan akan menapaki anak tangga menurun.
Dalam grup WA, kata-kata turut berdukacita atau belasungkawa sering terbaca, dan jari ini ikut mengetik kata-kata itu hingga berjejer dalam grup WA.
Kepedulian teman itu, bahwa kini langkah kaki sedang menapaki anak tangga menurun. Entah sampai batas usia beberapa menapaki anak tangga menurun, siapapun tidak pernah mendapatkan bocoran.
Di akhir tulisannya teman tadi memberitahu, jangan takut kehilang sandal di mesjid, itu hanya anekdot atau guyonan yang sengaja dilembagakan agar malas ke masjid, seolah-olah benar adanya.
Teman itu berkata, “sejak kecil sampai pensiun, saya tidak pernah kehilangan sandal di mesjid. Ayo lah sholat waktu berjamaah di masjid,” ajaknya. (HMT)