oleh

Di balik Putusan PN Jakpus Soal Penundaan Pemilu, Jokowi & Mahfud Sebagai Tertuduh

Artikel n Analisa
POLISINEWS.COM

Di balik Putusan PN Jakarta Pusat Soal Penundaan Pemilu, Jokowi & Mahfud  Sebagai Tertuduh

Oleh : Endang K Sobirin

Dalam setiap peristiwa besar, selalu ada peristiwa lain yang tidak kalah seksiknya, entah tujuannya sebagai pengalihan isu atau tidak, hanya Tuhan dan pencetus SEKSI itulah yang tahu. Terkadang upaya itu berhasil, namun banyak juga yang tetap tidak terpengaruh dengan upaya itu. Sebagai contoh Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat soal Penundaan Pemilu. Nyaris dibarengi dengan kebakaran Depo Pertamina Pelumpang, Jakarta Utara. Meski tidak ada hubungannya, namun keduanya ada terjalin KEMESRAAN

Putusan PN.Jakpus, seolah-olah akan “menguntungkan” Jokowi yang akan habis masa jabatannya setelah Pemilu 2024. Karena banyak dugaan Jokowi akan mempertahankan kekuasaannya. Namun setelah MK menolak gugatan tiga priode masa jabatan presiden. Sehingga penundaan Pemilu menjadi pilihan yang cseksi

Sinetron ini menarik. Karena adanya adegan Menko Polhukam, Mahfud MD yang reaktif berlebihan. Ditambah lagi Sabda Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ade Irfan Pulungan yang meminta semua pihak menghargai upaya hukum yang dilakukan Partai Prima.

Keikut sertaan istana mengomentari Putusan PN Jakpus, tentu menjadi nyinyir banyak pihak. Selain Komisi Yudisial yang reaktif, memanggil ketiga Hakim yang telah membuat Putusan Sensasional.

Partai Nasdem juga berkomentar, bahwa Putusan dimaksud tidak perlu digubris, sebab tidak dapat diekskusi.

KPU sebagai pihak yang “kalah perang” greget melakukan upaya hukum banding.

Tidak kalah garangnya para ahli Hukum Tata Negara menilai, bahwa Partai Prima tidak mempunyai legal standing untuk melakukan itu, sehingga gugatannya “wajib” ditolak.

Disaat silang pendapat dan ragam komentar yang panas dan tajam, Jokowi nampak seperti terkesima dan kikuk. Sebab sebagai Presiden RI penulis yakin, beliau tidak ikut “bermain” dalam hal Putusan PN Jakpus.

Ada “tangan setan” yang mempunyai kekuatan mensponsori itu, yang tentunya di luar kekuatan partai itu sendiri. Ulah “tangan iblis” inilah kemudian menghasilkan putusan yang berakibat pada Jokowi n Mahfud MD sebagai sosok yang empuk untuk dituding sebagai kambing hitam.

Trik ini kemudian diikuti dengan peristiwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Dari video yang beredar, sebelum terjadi kebakaran, warga sekitar mencium aroma bensin yang menyengat. Konon, kabarnya selokan yang biasanya penuh air kotor, dipenuhi bensin. Seolah ada oknum yang sengaja memenuhi kawasan itu dengan bensin. Sehingga tidak lama terjadi kobaran api hebat di pemukiman.

Beberapa tahun lalu pernah terjadi kebakaran disalah satu tankinya yang besar, namun bisa diantisipasi tidak sampai meluas. Tetapi kebakaran kali ini sulit diantisipasi. Padahal peralatan teknologi Pertamina sangat modern, seharusnya lebih canggih dalam menanganinya. Sehingga tidak berlebihan jika ada yang menduga, bahwa penyebab kebakaran itu karena ada “tangan setan” yang gentayangan.

Bermunculan ragam spekulasi, sehingga ada spekulasi ‘dungu’ pinjam istilahnya “RG’ yang tidak berdasar dengan menyalahkan Anies Baswedan sebagai pihak yang bertanggung jawab. Sementara nitizen lainnya beranggapan Jokowi lah yang harus bertanggung jawab.

Kawasan Tanah Merah sebenarnya dilarang untuk menjadi area pemukiman karena berdekatan dengan Depo Pertamina yang rawan kebakaran. Berubah menjadi kawasan legal yang dijadikan pemukiman. Karena sejak Jokowi menjadi Gubernur DKI, diberikan KTP kepada warga yang semula dituding sebagai penduduk ilegal.

Dari dua peristiwa besar yang menyita perhatian masyarakat, Jokowi lah sebagai sasaran yang dituduh. Akibatnya hingga kini polisi sulit mencari penyebab kebakaran di Depo Pertamina, sebab ada ‘tangan setan” yang mengaburkan sorotan penyidik. Jokowi sebagai sasaran hanya terkesima kikuk.

Pertamina harus bertanggungjawab. Harus mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk memperbaiki citra dan normalisasi keadaan. Namun Pertamina juga tentu tidak bodoh untuk membakar Depo-nya sendiri. Makanya Pertamina tidak mencari kambing hitam dalam peristiwa itu. Sebab tidak ada yang tau “tangan setan” yang menyebabkan dua peristiwa tersebut.