SBY Baperan, Akankah Partai Demokrat Mati Suri ?
Oleh : Drs. H. Endang K Sobirin
Gonjang ganjing gempa politik, bikin Politisi Partai Demokrat kehilangan akal sehat. Setidaknya, Inilah yang terjadi usai Deklarasi Pasangan Anies – Cak Imin. Sikap SBY yang baperan bisa bikin Partai Demokrat akan mati suri.
Perintah menurunkan baliho dan memotong foto Anies Rasyid Baswedan yang berpasangan dengan AHY di seluruh Indonesia. Sebagai perintah spontan terhadap kekecewaan AHY batal bersanding dengan Anies, merupakan sikap kekanak-kanakan. Sebagai partai yang “mengusung” demokrasi, tindakan ini merupakan sikap yang anti demokrasi.
Bergabungnya Abdul Muhaimin Iskandar, Ketum Partai Kebangkitan Bangsa ke dalam Koalisi Perubahan, harus disyukuri. Bukan dimusuhi. Partai yang sudah 10 tahun berada dalam lingkaran kekuasaan, tiba-tiba memberontak dan keluar dari rezim penguasa. Harusnya didukung disambut dengan ahlan wa sahlan.
Ini bukan soal Cak Imin yang secara pisik jauh di bawah AHY. Tetapi PKB sebagai partai yang mempresentasikan nahdiyin. Cak Imin mempunyai dukungan luas dari akar rumput di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Surya Paloh yang oleh Gatot Nurmantyo dinilai punya naluri politik sangat tajam, sangat tepat menggandeng Cak Imin sebagai pendamping Anies. Kekuatan Cak Imin di Jawa Timur dan Jawa Tengah makin memperkuat kemenangan Anies di seluruh lini. Sebagai kekuatan tradisional, nahdiyin akan melengkapi kekuatan Islam modern yang dimiliki pendukung Anies dari PKS.
Hartono Yusuf, SH. Pengacara senior pendiri LBH Harbin, memprediksi kebangkitan Islam yang terdapat dalam Hadits Rosulullah, dimulai sejak Indonesia dipimpin Anies – Cak Imin. Muammalah Muhammadiyah – NU yg sejak puluhan tahun selalu “berseteru”, kini saling dukung dan bergandengan tangan mendungkung Anies – Cak Imin.
Aktivis Budhis yang bukan Muslim, mentor Lius Sungkarisma pendukung 212, sudah memprediksi. Kedepan, menurut Hartono, tidak ada lagi yang melecehkan Islam. Karena Umat Iskam sudah bersatu, tidak bisa dikalahkan.
SBY yang baperan salah mengambil langkah. Jika sejak awal mendukung perubahan, kenapa hengkang dari koalisi yang memperjuangkan perubahan? Nawaitunya mau perubahan, berubah drastis hanya karena “putra mahkota” tidak menjadi Cawapres.
Partai Demokrat sedang berada di persimpangan jalan. Melaju ke satu diantara dua koalisi yang 10 tahun menjadi “musuh”nya apa mungkin? Rakyat yang umumnya ingin perubahan, berharap Partai Demokrat, kembali, dukung koalisi Anies – Cak Imin.
Andai AHY pilih satu diantara dua “musuh”nya, sangat tidak mungkin dijadikan Cawapres. Banyak senior yang menjadi saingannya. Jika tidak dijadikan bakal calon wakil presiden, apa bakal mundur lagi?
Sebagai perajurit yang terakhir berpangkat mayor. AHY kudunya sadar. Gatot Nurnantyo yang sudah jendral pun, tidak dipilih Surya Paloh.
Saya setuju dengan nasihat Faizal Assegaf, agar AHY belajar meniti karier dari bawah. Mulai menjadi pejabat setingkat menteri. Inilah dampak negatif dynasti politik. Mempersiapkan putra mahkota, jika gagal jadi hilang akal sehatnya.
Jika AHY benar-benar memilih satu diantara dua “musuh”nya, masih adakah kader yang mau ikut-ikutan “gila”? Akar rumput Kader Partai Demokrat yang sejak awal ingin perubahan, tidak ada yang mendukung pasangan dari rezim penguasa. Akibatnya, Partai Demokrat akan kiamat. Allahu a’lam.