oleh

Bertahankah Hubungan Harmonis Antara Prabowo – Gibran Sebagai Nahkoda Indonesia?

Bertahankah Hubungan Harmonis Antara Prabowo – Gibran Sebagai Nahkoda Indonesia?

Oleh : Endang K Sobirin
Wartawan Polisi News

Sesuai Putusan MK, pemenang pilpres 2024 pasangan Jendral (P) Prabowo Subianto dan Gibiran Rakabuming, (Pragi). Menunggu pelantikan, masih tersisa waktu sekitar 4 bulan. Banyak spekulasi dan kemungkinan bisa terjadi, duet dari dua sosok yang terpaut jauh usia maupun pengalaman.

Jauh-jauh hari sebelum Pragi dinyatakan sebagai pemenang Pemilu 2024, DR. Rahakundini Laspetrini, M.Si atau yang akrab disapa Connie Bakrie, yang pernah ditawari jabatan menteri oleh Rosan Roeslani Ketua Tim Kampanye Nasional Pragi, mengatakan kepada pers, Prabowo hanya diberi kesempatan dua tahun jadi presiden. Bocoran itu, menurut Connie diperoleh dari Hasto Sekjen PDIP yang “nguping” omongan Rosan di Singapur.

Jokowi yang berjuang memenangkan Prabowo tentu tidak ingin upayanya sia-sia. Sebab Jokowi menitipkan Gibran sebagai pasangan satu paket. Kemenangan Pragi sama halnya dengan Jokowi tiga priode.

Upaya untuk menyingkirkan Prabowo memang belum ada indikasinya. Namun sikap Jokowi yang mulai menafikan kehadiran Prabowo sudah dimulai.

Terjadi sewaktu Presiden RI ke-7 membayar zakat di Istana 13 Maret 2024 secara demonstratif Prabowo “dicuekin”. Banyak pengamat berspekulasi mulai ada perpecahan antara Jokowi – Prabowo. Jokowi pun mulai lakukan strategi-strategi yang akhirnya akan dilakukan pasangan Pragi.

Sementara Prabowo mulai merasa “dijauhi” Jokowi, sehingga omon-omonnya mulai ngaco. Terkadang Jokowi banget, dan ada kalanya sangat anti Jokowi. Makin sulit ditebak arah kebijakan Prabowo.

Sikap perlawanan terhadap Jokowi, bahkan terhadap “juragannya” Xi Jin Ping, ditunjukan Prabowo sewaktu diundang ke Cina. Prabowo diundang sebagai presiden terpilih, lengkap dengat atribut jendral bintang empatnya. Xi Jin Ping ingin menunjukan kedekatannya dengan Prabowo, setelah era Jokowi.

Namun di luar dugaan diktator Cina itu, bahwa Prabowo juga mengunjungi Amerika dan Jepang yang notabene “musuh” ideologi Cina. Barangkali, Xi Jin Ping pun “kesal” dengan sikap Prabowo yang menunjukan dukungannya kepada Amerika dan Jepang, selain Cina. Boleh jadi sikap Jokowi pun akan sama dengan Xi Jin Ping.

Bagi pengamat atau lawan-lawan politik yang tidak suka atau yang menghendaki Jokowi lengser, agak terhibur dengan sikap Prabowo. Seolah-olah, untuk menjatuhkan Jokowi, cukup dengan mendukung Prabowo. Jokowi gak usah dilengserkan, karena akan “dihabisi” oleh Prabowo.

Ibarat makan buah simalakalma, tetap berharap melanjutkan kebijakan Jokowi atau mendukung program Prabowo. Resikonya sama-sama berbahaya untuk mase depan NKRI.

Mendukung Jokowi sama halnya menyerahkan NKRI kepada Cina, pindah ibukota dll. Mendukung Prabowo sama dengan menghidupkan Orde Baru, militerisme. Bahkan, ada RUU yang akan mengkerdilkan Polisi. Istilah pengamat menjadikan Polisi seperti Pramuka.

Sementara sikap pengamat yang masih memusuhi Jokowi, tetap menghendaki people power. Setidaknya masih ada waktu empat bulan untuk menghimpun kekuatan. Dari beberapa demo memakzulkan Jokowi, belum ada satu pun yang menuju ke pengadilan rakyat.
Allahua’lam.