Minta Baikan Sama Mantan Istri Tercinta Namun Dia Terlanjur Kepincut Aki-Aki Oleh : Theo Wawo
Merry merupakan bunga semerbak di komplek itu. Ia cantik mempesona. Siapapun terasa sejuk melihatnya. Tidak sedikit pemuda ingin memilikinya. Para orang tua pun ingin menjadikan mantu atau minimal sebagian anggota keluarga.
Keberanian para pemuda terhalang kurang PD. Anggapan mereka, orang cantik begitu, harus ditunjang fasilitas pemikat, banyak uang dan kaya. Karena itu banyak pemuda yang urungkan niat untuk melangkah.
Tidak demikian dengan Bimo, ia pemuda yang berani dan PD, walau sarana penunjang kurang memadai. Dia hanya andalkan kepintaran mengambil hati, dengan retoris anak kuliahan.
Rupanya cara Bimo ampuh, hingga Merry terasa nyaman dan terbuka berkomunikasi dengan Bimo.
Hubungan mereka semakin dekat. Orang tua pun menyetujui, karena Bimo dinilainya baik dan beretika. Hingga suatu saat mereka sepakati untuk lanjut ke pernikahan.
Setelah nikah, mereka masih menetap di rumah sang istri. Rumah tangga mereka harmonis, hingga mendapatkan buah hati yang cantik kaya ibunya.
Dengan lahirnya buah hati, meningkat pula kebutuhan rumah tangga walau masih dibantu oleh masing-masing orang tua mereka, karena Bimo belum dapatkan pekerjaan tetap.
Sebagai kepala rumah tangga, malu juga Bimo untuk terus berharap pada orang tua atau mertua. Karena itu ia meminta izin sama istri dan mertua untuk mencari kerja di kota lain. Istri dan mertua setuju, dan berangkatlah Bimo merantau.
Di rantauan tidaklah mudah untuk dapatkan pekerjaan, sehingga kerja apapun dilakukan demi mendapatkan uang. Uang yang ia dapat hanya cukup untuk kebutuhan sendiri, sedangkan untuk istri dan anak terkadang juga dikirimkan.
Mengharapkan kiriman suami yang tidak menentu, bertahun-tahun merantau dan jarang kasih kabar, sementara kebutuhan untuk anak yang meminta ini dan itu, sehingga Merry putus asa. Atas izin orang tuanya ia meminta carai dari suaminya.
Permintaan Merry sulit dipenuhi Bimo, karena ia sangat mencintai istri dan anaknya. Tetapi ia tahu diri, belum bisa membahagiakan keluarga, maka dengan tangan gemetar Bimo menulis Surat Cerai tanpa melalui proses pengadilan.
Sekian tahun berpisah, Bimo tidak pernah putus asa, terus berusaha, tekadnya, akan buktikan bahwa ia akan sukses, hingga akhirnya memiliki usaha sendiri.
Kini Bimo sukses. Memiliki rumah dan mobil, bahkan ia telah setor untuk naik haji, berangkat tahun itu. Menjelang keberangkatannya, Bimo kembali, dan silaturahim ke rumah mantan istri dan mertuanya. Ketemu dengan Merry, istri yang diceraikan 3 tahun lalu. Dalam hati Bimo, kok Merry tambah cantik ya… Begitu pula dengan Merry, melihat mantan suaminya makin ganteng dan gagah.
Bimo pun melihat anaknya yang sedang tidur, terlihat cantik mirip ibunya. Dibangunkan anaknya untuk diberikan pakaian dan uang cukup banyak. Tentu saja anaknya canggung karena sekian tahun tidak melihat ayahnya.
Singkat kata, akhirnya Bimo pun terus terang krpada Merry dan mantan mertuanya, selain kabarkan akan pergi haji, sekali gus ingin sampaikan minta maaf dan rujuk kembali dengan Merry, mengingat anak dan usahanya juga sudah mapan. Bimo memulai bicara :
Bimo : Merry…Abang jujur, sangat menyesal bercerai denganmu. Sekarang Abang Alhamdulillah sudah punya usaha, dan tahun ini akan berangkat haji.
Merry : Iya Bang syukurlah.. maafkan Merry juga, terlalu menuntut sama Abang.
Bimo : Gimana Merr kalau kita rujuk dan balikan membina rumah tangga kembali..?
Merry : “Maaf..beribu maaf Bang, Merry sudah dijodohkan sama bapak dan emak”. Sambil tertunduk malu Merry mengucapkannya.
Laksana disambar petir, Bimo mendengar jawaban Merry. Bercampur kaget dan kecewa. Padahal ia sangat berharap mantan istrinya mau menerima ia kembali.
Bimo : “Dijodohkan sama siapa Merr..?” tanya Bimo pelan dengan suara hampir tidak terdengar diliputi perasaan yang kaya tersayat sembilu.
Merry : “Sama aki-aki duda sebelah rumah”. ucap Merry.
Beruntunglah aki-aki, meranalah si Bimo, padahal cintanya sama Merry laksana samudera yang tidak bertepi. Sabar Bimo…, tunggu Merry janda lagi.