oleh

La Golo dan si Lapi, Suatu Kisah

La Golo dan si Lapi, Suatu Kisah
Oleh : La Raba

Sebagaimana diuraikan pada beberapa episode sebelumnya, bahwa Lapi terus tumbuh menjadi remaja. Perkembangan tubuh keremajaan memerlukan pakaian tambahan guna menjaga etis,  seperti Bra, celana dalam dsb-nya. Ibunya Lapi sedikit risih melihat anaknya belum kenal akan Bra, apalagi mengenakannya.

Padahal bunga-bunga cinta antara Golo dan Lapi telah tumbuh dan bersemi. Sebagai anak gadis, ibunya perlu lengkapi Lapi dengan pakaian remaja. Kedua orang tua mereka sudah faham, bahwa benih-benih cinta yang tumbuh dari anaknya. Ibunya Lapi tentu perlu bekali anaknya, minimal pemahaman dan bagaimana pakaian untuk remaja. Karena itu ia minta tolong kepada Golo yang ke kota untuk nitip belikan Bra dan celana dalam buat Lapi.

Mendapat amanah itu, Golo bingung dan kaget. Namun karena patuh dan taat, Golo menyanggupi. Sehari sebelum ke kota, dengan sikap polosnya, Golo panggil Lapi, untuk tanyakan nomor Bra-nya. “Berapa nomor Bra-mu?” tanya Golo. “Mana ku tau, Lapi belum pernah pake Bra,” jawabnya cuek. “Kalau gitu, sini, biar saya bisa kira-kira,” ucap Golo. Diperhatikannya gunung si Lapi sambil peragakan melalui onggohan telapak tangan.

Dari celah dinding ibunya si Lapi melihat peragaan dilakukan Golo, cara ukur Bra biar pas dengan punya si Lapi. Akibat polosnya ia panggil Lapi, dan mengira-ngira ukuran Bra-nya si jantung hati. Di malam hari terbayang, akan peragaan dan telah mengganggu tidur malamnya.

Namun karena khawatir akan meleset kira-kiranya, maka pagi-pagi Golo, mencari Lapi dengan membawa sepotong tali rafia untuk mengukur besannya Bra. “Coba ukur ulang pake tali, biar mantap dan tepat seberapa besar gunungmu,” pinta Golo.

Dengan perasaan malu Lapi terima tali itu, dan ia pergi ke kamar mandi untuk mengukur lingkaran gunung idaman pangeran Golo. “Ini bang ukurannya,” ucap Lapi malu.

Setelah itu Golo pun bergegas ke kota. Bayangannya tidak pernah lepas akan Bra. Menjelang siang semua barang bawaannya telah laku terjual. Sekarang tinggal ke toko untuk mencari Bra buat pujaan hati.

Kepada pelayanan toko, Golo langsung tunjuk, “mau beli itu” ucapnya. “Mau beli Bra?” tanya pelayan. “Iya” jawab Golo. “Nomor berapa,” pelayan kembali bertanya. Sambil malu-malu Golo serahkan tali yang dibawanya sebagai ukuran. Seraya senyum pelayan tadi mengukur Bra-bra yang ada sesuai lingkaran tali. Ternyata tidak ada yang pas dan terlalu besar. “Mungkin salah cara ukur Mas. Tidak ada yang cocok dan terlalu besar” ucap pelayan.

Karena tidak ada yang pas, Golo bingung, hingga urungkan untuk beli Bra. Dalam hatinya terpikir “apa harus minta pegang langsung yaa gunung si Lapi, biar pas ukurannya,” gumam Golo. Dan ia pun balik tanpa membawa Bra pesan dari calon mertua.

Setelah sampai di rumah, Golo langsung cari Lapi. “Sisa tali ukuran tadi mana,” tanya Golo. “Tadi dibuang di tong sampah. Lapi cari dulu ya,” jawab Lapi. Sisa tali ditemukan dan diserahkan kepada Golo. Lihat tali itu, Golo tertawa sambil berucap, “Ini ukuran yang pas. Tadi terlalu besar,” ucap Golo. (bersambung)