oleh

Rizki Terakhirmu Saat Didoakan & Dishalatkan Depan Jenazah Telah Terbujur Kaku

Rizki Terakhirmu Saat Didoakan dan Dishalatkan Depan Jenazah Telah Terbujur Kaku

Disuatu kota Segitiga Emas Jomplang. Disebut Jomplang karena posisinya yang tidak seimbang. Satu sisi ada Komplek Rumah Dinas Pejabat Tinggi Negara, sisi satunya lagi ada pemukiman elit, yang tidak kenal tetangga, gabungan pengusaha dan orang berpangkat tinggi, sisi yang lain, pemukiman umum rakyat biasa.

Di Komplek Elit itu, ada mantan pejabat tinggi, kaya raya meninggal dunia. Sebagai orang terkenal dan disegani, selang satu jam berita duka tersiar luas. Masyarakat rame-rame ta’ziyah. Tamu berdatangan ke rumah almarhum yang sangat megah.

Jalan raya di sekitar rumah duka, dipenuhi karangan bunga dari berbagai orang besar berpangkat tunggi dan pengusaha sukses.

Panitia pengurusan jenazah didatangkan khusus. Keluarga tidak mau merepotkan jamaah masjid dekat rumahnya. Hingga selesailah jenazah dikafani, dan siap untuk dishalatkan. Dalam rumah dan di luar rumah ribuan pelayat berjejal, dan untuk shalat jenazah diputuskan akan dilaksanakan di masjid terdekat.

Segera disiapkan. Masjid siap, jenazah sudah di hadapan imam. Namun Astagfirullah…! yang berbaris di belakang imam baru 6 orang, 7 dengan imam. Karena banyak pelayat, diusul dan dipanggil para pelayat yang ribuan berjubel untuk ikut sholat. “Pak… ayo ambil wudhu… shalat jenazah mau dimulai. Ayo pak…!” ajak salah seorang jemaah masjid.

Namun, tamu-tamu elite strata atas itu enggan dan berujar, yang diluar dugaan, “ini susah buka sepatunya dik… Kami doakan dari sini saja” jawabannya enggan.

Karena prihatin Sang Imam minta, agar berseru kepada tetangga, rakyat biasa, untuk sama-sama hadir menyaksikan prosesi megah dan ikut shalat jenazah. “Pak…, bu…, Ayo… cepat untuk sholat jenazah. Ayo pak…diminta keikhlasannya,” himbau pengurus masjid.

Tetangga itu hanya menggeleng, sambil tersenyum. “Nggak dik… Malu, banyak orang-orang besar..!” jawabnya. Imam masjid pun faham tidak memaksa dan hanya terhenyak menyaksikan keadaan.

Akhirnya yang ikut sholat jenazah hanya ada 11 orang, yang kemudian dibagi menjadi 3 shaf. Jenazah pun dishalatkan oleh 11 orang. Sungguh berbanding terbalik dengan jumlah pelayat yang ramai.

Semoga Allah mengampuni almarhum, dan memasukkan dalam kelompok orang-orang yang baik. Aamiin…!

Pengalaman dalam menjalani hidup. Sangat indah dan elok, berkawan dengan orang yang ikhlas. Jika nanti datangnya waktu dan giliran, mereka mau ikut menyolatkan jenazah kita, walau harus datang dan menempuh jarak yang jauh.

Mereka yang ikhlas akan memohonkan ampunan Allah. Mereka ikhlas menyayangi dan bersahabat di dunia hingga akhirat InsyaAllah.

Kaarangan bunga tidak menambah amalan yang bisa menolong. Ta’ziah, ikut men-shalatkan dan do’a, itulah yang paling utama. Sebab doa dan shalat jenazah adalah RIZKI TERAKHIR bagi mayyit. Sudah siapkan itu?. @Theowawo.