Cerdiknya Prabowo : Tom Lembong Sebagai Umpan Awal Untuk Libas, Paus Yang Masih Berlindung
Oleh : Endang K Sobirin
Tom Lembong jadi tranding topik, viral, untuk sementara, mengalahkan popularitas Fufufafa. Rezim sepertinya tidak pernah kehabisan bahan untuk mengalihkan isu. Serangan terhadap Forum Tanah Air di Kemang Hotel, sempat mengalahkan popularitas Fufufafa. Namun Roy Suryo beserta para tokoh yang konsen terhadap Fufufafa segera sadar.
Banyak kejanggalan atas kasus Tom Lembong. Sebelum penangkapan, ada info, Tim Kejaksaan ditelpon seseorang, kemudian “diundang” ke kantor Kementrian Perdagangan. Boleh jadi, tim mendapat bahan untuk mengkasuskan Tom Lembong Mendang 9 tahun silam.
Kerja bagus, nyaris sempurna, Tom langsung ditersangkakan dipakaikan rompi dan diborgol. Tidak nampak mimiek takut atau kecewa. Wajahnya biasa, senyum, tetap tegar. Drama Turqi dimainkan oleh rezim, seolah-olah seperti penjahat kakap langsung diblow-up media mainstreen.
Kejaksaan lupa, peran nitizen yang tanpa sengaja bisa mengalahkan media mainstreem, melakukan serangan balik. Berbagai data diungkap untuk membuktikan seolah Kejagung salah tangkap. Tidak ada aliran dana ke Tom. Justru yang menerima aliran dana Rp 400 milyar antara lain Induk Koperasi Negara Republik Indonesia (Inkoppol), Pusat Koperasi Kepolisian, Inkop Kartika, Satuan Koperasi Kesejahteraan Perajurit (SKKP TNI – Polri), dan Perusahaan TW yang tidak boleh disebutkan namanya.
Tidak perlu ada bukti aliran dana, kata pejabat di Kejagung. Aneh, kebijakan Tom mengakibatkan negara rugi Rp 400 milyar. Pdhl bukan kehilangan, tetapi karena tidak masuk kas negara. Ko bisa? Aneh, kan?
Kasusnya sendiri, nyaris tidak terlalu diperhatikan nitizen, seolah diabaikan. Belum lagi jika dinilai lamanya mengendap, butuh waktu 9 tahun. Kuota impornya paling sedikit 5 jt ton, dibanding Mendag setelahnya.
Enggartiasto Lukito 15 jt ton, Agus Suparmanto 9,5 jt ton, Muhammad Lutfi 13 jt ton, Zulkigli Hasan 18 jt.ton.
Nitizen mempertanyakan kepada Kejagung, yakin, Mendag setelah Tom tidak ada yang korupsi. Jika dasarnya kebijakan bisa dipidana? Pejabat mana, termasuk Presiden, yang kebijakannya tidak merugikan. Nitizen mengambil contoh yang kasat mata, kereta cepat Jakarta – Bandung, IKN (Ibu Kota Nusantara), dan masih bejibun yang bisa dijadikan contoh.
Kejagung seperti makan buah simalakama, maju kena mundur kena. Diteruskan akan sulit mencari pasal yang dikenakan untuk memenjarakan Tom. Dibebaskan, tentu gengsi, bakal merusak reputasi Kejagung.
Belum lagi Tom mengancam akan membuka semuanya, tentu bakal runyam. Seperti halnya Blok Medan yang kemudian “menyeret” anak dan menantu, karena nyanyian tersangka. Makin sulit posisi Kejagung.
Ibarat film cowboy, enh…ing…eng… Babak barunya dimulai justru sewaktu sudah P-21, Tom Lembong diterpidanakan. Tom akan membuka kotak pandora misteri korupsi ditubuh Kementrian Perdagangan.
Ini seperti teori infiltrasi dalam dunia militer, atau investigasi dalam dunia wartawan. Setidaknya, ada cerita pengalaman teman di Bakin (Bakan Koordinasi Intelejen), bagaimana dia menjadi sopir petinggi PKI. Dia bisa ungkap semua.
Prabowo, bagaimana pun beliau tentara yang handal dan penuh pengalaman. Dalam dunia militer, beliau sudah hatam menjajagi semuanya. Tentu ini akan dipraktekan langsung, sebagai strategi pengungkapan korupsi.
Prabowo ga akan mengejar koruptor sampe ke antartika, cukup diserok dari kolamnya sendiri. Ibarat berburu di Kebun Binatang, InsyaAllah semua terperangkap.
Kementrian Perdagangan masuk katagori kementrian terkorup, Tom sebagai “orang bersih” sengaja dikorbankan, dijadikan tumbal. Tom bakal mengungkap seberapa kotornya menteri sesudahnya hingga ke Zulhas pamungkasnya.
InsyaAllah, satu-satu menteri loyalis Mulyono akan rontok. Bak film cowboy, jagoan menangnya belakangan. Awal – awal Mulyono masih bisa tertawa puas, hingga 3 hari menjelang pelantikan, masih melakukan “tekanan” terhadap Sang Jendral.
Prabowo pemain watak sempurna, perubahan mimieknya tidak nampak di hadapan Mulyono. Namun kini, setelah menjadi presiden. Prabowo bisa nyinyirin Mulyono, orang Betawi bilang : “emang luh siape ngatur-ngatur gue!”
Setidaknya, kasus Tom sudah menyita perhatian nitizen, menggeser popularitas Fufufafa. Namun Roy Suryo Cs, pihak yang mengangkat Fufufafa, tetap focus. Kini malah sudah ditangan Dewan Perwakilan Daerah, setelah 30 tokoh diterima Tamzil Linrung Cs.
Sebentar lagi popularitas Tom akan redup, setelah semua pembelaan nitizen diungkap. Pengungkapan Fufufafa pun sudah sedemikian paripurna. 99,9 % menurut Roy Suryo Fufufafa adalah Wapres terpilih. Tinggal menunggu, akankah Fufufafa dimakzulkan?
Allahu a’lam.