Skenario Tuhan Lenyapkan Ego & Niat Busuk Suami
Disebuah kota, ada sebuah keluarga telah dikaruniai dua orang anak. Anak keduanya masih balita berumur enam bulan. Sang istri sangatlah repot urus anak dan keluarga, karena tidak memiliki pembantu. Sementara suami belum bisa lepas dari gaya hidupnya.
Untuk urusan tertentu, istri suka minta tolong agar dibantu. Sekali-sekali suaminya mau bantu, tetapi banyakan ditolak dengan alasan macam-macam. Kesal dimintain tolong, sang suami kerap keluarkan perkataan “Siapa Suruh”
Siapa suruh….? itulah kata sakti jika ia kesal saat dimintakan tolong. Alasan istri yang belum bisa bersihkan rumah karena anaknya rewel terpaksa harus minta tolong padanya. Tetapi selalu dijawab, ‘Siapa Suruh’.
Bagi wanita, apalagi istri yang telah lelah bekerja urus anak dan rumah tangga, kata itu ibarat sembilu menikam dan menyayat, yang sulit disembuhkan.
Sang suami sedikitpun tidak terlintas dalam pikirannya, bagaimana istri mengandung, susah tidur, susah makan, gerak pun sangat terbatas. Namun ia tetap ikhlas dan susah payah menjaga dan merawat cabang bayinya selama sembilan bulan lebih.
Belum hilang rasa sakit dari melahirkan, ia harus menyusui, memandikan, ganti popo, baju, celana, dan sesudahnya urus keluarga. Saat istrinya mengeluh, dan sekedar minta sedikit saja untuk diperhatikan. Dengan enteng suaminya menjawab, “Siapa Suruh.”
Nyata-nyata istrinya tiap hari kurang tidur, kurang istirahat, cape letih lelah. Suaminya dengan enteng bertanya, “ngapain aja sih, sampai rumah berantakan?”
Sambil mengelus dada sang istri berusaha jelaskan, bahwa sikecil selalu rewel, sukanya digendong, dan kakak sukanya ngacak-ngacak. “Mereka perlu perhatian Bang,” ucap istrinya. Sang suami tidak pernah mau tau, malah nyeletuk dengan sembilu andalannya “Siapa Suruh…!”
Demi anak, dua tahun sembilan bulan, istri menahan godaan makanan, agar anaknya tumbuh sehat. Dirinya berkorban demi buah hati dan kebanggaan suami terhadap anak. Apakah suaminya sadar dan mau memahami?. Ternyata tidak. Jauh panggang dari api.
Bertahan dengan uang yang pas-pasan, tanpa ada penghasilan lain. Gak peduli payudara dan perut yang mulai kendor. Istrinya tetap sabar dengan semua itu.
Saat mendengar suami Promosi Jabatan, sang istri sempatkan bersorak girang, dalam tumpukan tugas dan kewajiban. Istri ikut riang ketika mobilnya telah lunas. Dia tidak pernah meminta bagian.
Hal yang tragis baginya, giliran sudah di’cap’ membosankan, dihina suami bagaikan perempuan murahan yang tak berguna. Suaminya mengais-ngais cari pembenaran untuk mendustakan semua kenangan dan jasa-jasa istrinya.
Ketulusannya urus anak dan keluarga, minta sedikit saja untuk diberikan penghargaan dan dimengerti oleh suaminya. Namun mulut suami justru, terucap kata bosan, hingga lenyaplah kasih sayang. Satu kesalahan saja bisa berakhir dengan pengusiran.
Menjelang hal itu terjadi, skenario Allah berkata lain dengan rencana manusia, apalagi rencana busuk didalangi nafsu.
Menjelang magrib, HP istri berbunyi. Terlihat yang panggil dari HP suami. Istrinya ada perasaan malas untuk jawab. Karena tumben suaminya mau call atau kasih kabar, sebab selama ini tidak pernah ia lakukan.
Istrinya malas dan ragu mengangkatnya. Tetapi panggilan terus berulang, hingga akhirnya istri menjawab. “Saya dari kepolisian. Apakah ibu istri dari bapak ‘A’?” tanya polisi. “Benar pak. Ada apa dengan suami saya pak?.” tanyanya ingin tau. “Bapak kecelakaan, sekarang ada di RSUD,” jawab polisi.
Tidak berpikir lama, sang istri berangkat ke rumah sakit. Didapatinya suami berlumuran darah dari kepala, tidak sanggup ditahan kain verban. Ia dalam keadaan koma terkena benturan keras. Mobil yang baru lunas hancur.
Hati terluka tersayat sembilu ‘Siapa Suruh’ lenyap seketika, melihat kondisi suaminya yang terkapar. Sekian lama suaminya, tidak juga siuman. Ia tetap setia dan tulus menemani. Tidak henti-hentinya ia berdo’a untuk suaminya.
Dalam waktu beberapa hari, suaminya siuman, namun belum ingat apa yang terjadi. Istrinya terus berupaya agar sang suami mampu ingat kembali. Dibawanya kedua putra putrinya agar diingat dan dikenalnya. Istri tidak pernah putus asa merawat suaminya hingga ia ingat dan kenal istri dan anaknya.
Proses kesembuhan berjalan baik. Empat bulan ia dirawat di RS. Istri yang selama ini dihina, disembilu dengan kata ‘Siapa Suruh’ tidak pernah putus asa merawatnya. Dengan kesadaran yang mulai pulih, ia ingat kembali sikap dan kata-kata kasarnya. Sampai pada titik puncaknya ia meminta maaf sama istrinya. Dan setelah keluar rumah sakit dia berubah total menjadi suami yang lembut penyayang keluarga. @Theo Wawo.