POLISI NEWS, FLORES BARAT – Cahaya lentera di dusun terpencil Cunca Wulang Mbeliling Flores Barat terpelihara. Tidak terusik rona mayoritas, hingga keberadaannya terus bersinar. Begitulah keistimewaan ranah Flores.
Penat diterpa hawa panas Labuan Bajo, bersama seorang teman bernama Edy Rozak, penulis beranjak mencari kesejukan. Arah dan sasaran tidak di-plot secara khusus, yang penting dapat kesejukan.
Tanpa disadari perjalanan sudah jauh memasuki area pegunungan. Jam di tangan telah menunjuk angka 1 lewat 30, dan saatnya untuk mencari tempat sholat. Di daerah pegunungan itu agak sulit ditemukan masjid, selain penduduknya sedikit dan mayoritas beragama Katolik.
Perjalanan pun dilanjutkan hingga sampai di sebuah dusun Cunca Wulang dan ketemu sebuah masjid untuk sholat. Kondisi masjidnya, jangan dibayangkan dengan masjid yang ada di kota-kota besar. Karena memang komunitas muslim di dusun itu minoritas.
Ibel Hasan yang ditemui menuturkan, “muslim di sini minoritas, hanya ada 21 kepala keluarga. dengan keberadaan itu, bersama teman-teman kami berusaha menjaga dan berdakwah,” tutur Hasan.
Berkaitan dengan itu, Ustadz Jafran Hidayat, banyak bercerita tentang tantangan dakwah yang dihadapi, terutama masalah biaya operasional. Kepada penulis ia menuturkan, “untuk biaya makan santri sebanyak 32 orang, para orang tua patungan beras, ada juga yang kasih sayur dan ikan asin. Sedangkan untuk tenaga pengajar Insya-Allah ada dari Allah,” tutur Jafran.
Di dusun terpencil desa Cunca Wulang Kecamatan Mbeliling, selain Pondok Pesantren, ternyata ada sekolah SMP Muhammadiyah yang baru dua tahun berdiri. Penulis pun diajak untuk melihat sekolah tersebut. Jumlah murid Kelas-1 ada (24) orang, Kelas-2 ada (7) orang. Dan yang menjadi kepala sekolah yaitu Saiful, S.Pd. dan wakilnya Jafran Hidayat,S.Pdi. (Theo)