oleh

Edisi 1 Asmara Terlarang Dari Sang Istri “Cerita Bersambung”

SUATU KISAH  (Teo Wawo) 

Konon ada disebuah negeri Antabranta terdapat seorang wanita cantik nan alim. Ia telah menikah dengan seorang suami yang baik, taat dan penyayang keluarga. Mereka hidup berkecukupan dan saling mencintai. 

Untuk pelengkap kebahagiaan rumah tangga. Komputer yang kerap dipakai suaminya diajarin juga kepada sang istri agar tidak gaptek. Diajarinya bagaimana menggunakan fasilitas itu termasuk bermain internet, chatting dll, hingga akhirnya menyenangkan sang istri dan mahir. 

Memang urusan chatting ini sangat mengasyikan dan terkadang lupa akan status. Sang istri karena pemain pemula,  awalnya hanya chatting dengan rekannya sesama sekolah, dengan memasang foto status. 

Karena wajahnya memang cantik, ia pun banyak disapa oleh kaum pria. Dan salah satunya seorang pria yang mengaku sama-sama tinggal sekota dengannya. 

Lelaki itu kegirangan, memulai tulisan dengan kata-kata yang ramah dan gaya bahasa enak disimak, hingga si wanita yang telah bersuami itu tergoda.

Saat suami sibuk di kantor, wanita itu pun sibuk menghabiskan waktu bersama kenalan barunya berchatting mesrah, sampai-sampai suaminya sering menegur dan memperingatkannya.

Sepulang kerja, sang suami selalu didapatinya sang istri sibuk dengan internetnya. Ekspresi suami sangatlah kecewa, lalu ditegurnya dengan ucapan “sadarlah dan ingat waktu. Main internet boleh…, tetapi jangan mengabaikan tugas rumah tangga,” kata suaminya.

Sang istri bukannya sadar atau berterima kasih, justru membalas dengan ucapan melawan, “saya bosan karena kamu selalu sibuk bekerja dan saya pun harus bisa mengisi waktu dengan main internet,” jawabnya.

Terpengaruh hobby barunya, sang istri mulai lalai dengan kewajiban sebagai Ibu rumah tangga. Ia telah terpengaruh kata-kata manis dari pria kenalannya.

Sang istri pun sudah sangat piawai merahasiakan, dengan siapa ia chatting. Karena khawatir suaminya tahu hingga dilarang main internet lagi. 

Sungguh ia telah kecanduan berchatting dengan pria tersebut. Fitnah semakin terjadi. Dalam hatinya, ia melihat sosok suami sungguh jauh berbeda dengan lelaki tersebut. Enak diajak berkomunikasi, senang bercanda dan sejuta keindahan lainnya berbunga-bunga dalam hatinya, karena telah terukir indah akan mesrahnya hubungan keduanya.

Gejolak asmara semakin membara, bayang-bayang kenikmatan dan romantika bercinta menari-nari di rulung benaknya.

Ketika ia chatting lagi, kepiawaian sang kekasihnya itu dalam merangkai kata-kata kian menggoda dan terpana si wanita tersebut, lalu ia pun ingin bertemu empat mata dengan pria idaman barunya itu. 

Gembiralah hati sang kekasihnya, karena keinginan untuk berjumpa dan mengadu kasih dengan wanita itu terjadi. Lalu disepakati untuk berjumpa disebuah restoran.

Kini… Berawal dari komunikasi via udara berubah menjadi interaksi langsung dan bertemu muka dan beradu pandang dan seterusnya…

Mereka menjadi lebih akrab dan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Hingga akhirnya si lelaki tersebut telah berhasil menawan hati si wanita itu. (Bersambung)