oleh

Tahta Sang Ayah Segera Tamat, Putra Mahkota Kebingungan, Sinyal Dicuekin Rezim Pengganti Kian Jelas

Tahta Sang Ayah Segera Tamat, Putra Mahkota Kebingungan, Sinyal Dicuekin Rezim Pengganti Kian Jelas

Oleh Endang K Sibirin

Pesta usai. KPU telah umumkan pemenang, tinggal menunggu pelantikan Presiden, sekaligus pertanda Jokowi berakhir.

Ibarat film cowboy, kekuasaan Jokowi memasuki babak akhir. Di mana semua kekuatannya akan dipaksakan, untuk menghadapi musuh yang notabene rakyatnya sendiri dengan pasukan musuh yang selama hampir 10 tahun, mulai melakukan perlawanan.

Untuk pertahankan kekuasaan berbagai usaha telah diupayakan. Upaya tiga periode, upaya penundaan pemilu upaya perpanjang masa jabatan, satu persatu digagalkan. Indikasi nyata, pengamat dan pemilik lembaga survey, Chudori, memasang promosi Jokowi tiga priode, di mobilnya demi kelanggengan kekuasaan.

Polri dan TNI yang sudah bersama Jokowi sejak masih Walikota Solo, dipersiapkan untuk jaga-jaga. Diperintahkan untuk membersihkan residu, terhadap kelompok kritis. Namun upaya untuk pertahankan kekuasaannya masih dianggap belum aman.

Upaya pamungkasnya paksakan Gibran, putra mahkota menjadi Cawapres dengan harapan masih bisa pertahankan kekuasaan melalui tangan anaknya. Oleh karena itu Jokowi menabrak konstitusi, menggunakan pengaruh adik ipar untuk goalkan putranya jadi Cawapres.

Jokowi berharap sekali mengayuh dua pulau bisa dikuasai. Tanpa mempedulilan etika, moral, dan konstitusi. Selain mencawapreskan Gibran, putra keduanya digenjot menjadi Ketum Partai PSI.

Setidaknya, Jokowi berharap, Gibran jadi Cawapres, Kaesang punya partai yang bisa menjadi kendaraan politik. Jokowi sendiri, setelah menghianati Megawati, bertekad menjadi Ketum Partai Golkar. Lengkaplah tekad Jokowi dalam upaya mempertahankan kekuasaan melalui jalur dinasti yang tidak memperdulikan konstitusi, etika, dan moral.

Semua upayanya, sudah dilakukan maksimal dengan dukungan Ketum Parpol dan kroninya. Menghabiskan Ratusan Trilyunan dana APBN, dengan kekebalannya sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Jokowi bisa mengkriminalisasi siapun yang melakukan perlawanan dan mengamankan siapapun yang mempunyai kasus korupsi, asalkan Mendukung syahwat politiknya.

Namun Jokowi tidak pernah perhitungkan faktor Allah dalam memaksakan syahwat politiknya. Ada Firman Allah : “makaru makarullah wallahu khoirul maakirin”. Sehebat apapun rencana jahat manusia, sesungguhnya Allah Perencana Terbaik.

Hampir seluruh upaya Jokowi gagal. Megawati soekarno Putri, Ketum PDIP menolak Tiga Priode. Menjadi Ketum Golkar dijegal Pa Ical, PSI yg diidentifikasi sebagai Partai Jokowi dipaksakan KPU, gagal mencapai 4 %. Kaesang yg menang Cawapres versi KP’U, digugat dua pesaingnya ke Mahkamah Konstitusi.

Tinggal satu harapan Jokowi, menang di MK. Putra Mahkota dilantik jadi Cawapres. Jokowi masih berharap bakal bisa cawe-cawe melalui kekuasaan “Putra Mahkota”nya.

Padahal, hukum karma berlaku, sebagaimana Jokowi memperlakukan JK dan Kiyai Ma’ruf. Prabowo cenderung akan mengkebiri Gibran, menjadikan Cawapresnya sebagai “unyil-unyil”. Jokowi akan sulit menyentuh san cawe-cawe terhadap Rezim Prabowo.

Indikasinya, Pa Harto yang sudah memberikan segalanya untuk Prabowo, dihianati. Apalagi Jokowi yang baru seumur jagung “membesarkan” Prabowo. Tidak bakal diingat jasanya.

Sementara perlawanan rakyat terhadap Jokowi akan sangat dahsyat. Jokowi sudah kehilangan pendukungnya, tidak ada lagi yang setia menemani kehancurannya. Dimulai dari dukungan MK yang menolak pilkada serentak sebelum Jokowi lengser.

Golkar menolak Jokowi jadi Ketum, via Pa Ical. PPATK mengungkap 36 % kebocoran PSN yang diprediksi Anies Baswedan. Korupsi 271 T Tambang Timah yang erat kaitan melibatkan putranya diungkap.

Dalam beberapa sidang di MK, selalu diberitakan pihak kuasa hukum dan saksi 02 “dikalahkan”. Namun taqdir berkata lain, Suhartoyo yang diharapkan mendukung kubu 01- 03, berbalik arah. Diduga ada “tekanan kuat” dari institusi dimana Suhartoyo berasal.

Demo besar-besaran, mungkin anarkis, akan terjadi. Kabarnya dari seluruh elemen rakyat yang hampir 10 tahun tertekan. Selain itu, Jokowi bakal menghadapi Pengadilan Rakyat yang didukung akademisi dan seluruh kampus yang sudah muak dengan tekanan pencitraan.

Ibarat maen catur, langkah Jokowi sudah skak mat. Tidak ada langkah yang bisa menyelamatkan. Rakyat tinggal berharap pada TNI, semoga tegak lurus pada Rakyat, menolak perintah Panglima tertingginya membersihkan residu. Allahu a’lam.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *